01 November 2023

PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN YANG MEMERDEKAKAN




A. KONSEP PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN

Pendidikan yang memerdekakan adalah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk membebaskan individu dari berbagai bentuk keterbatasan, penindasan, dan ketidaksetaraan. Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengembangkan potensinya sepenuhnya, memahami dan menghargai nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan kebebasan, serta berkontribusi positif dalam masyarakat. Pendidikan yang memerdekakan adalah konsep yang luas, dan berikut adalah beberapa poin penting yang terkait dengannya:

  • Inklusif dan Merata: Pendidikan yang memerdekakan harus tersedia untuk semua individu tanpa memandang jenis kelamin, latar belakang etnis, agama, atau kondisi sosial-ekonomi. Ini mendorong inklusi dan kesetaraan dalam pendidikan.
  • Pengembangan Potensi Individu: Pendekatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengembangkan potensi unik setiap individu. Ini berarti tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga pada pengembangan keterampilan, bakat, dan minat yang beragam.
  • Pendidikan Karakter: Pendidikan yang memerdekakan juga mencakup pengembangan karakter dan nilai-nilai moral. Ini membantu siswa menjadi individu yang bertanggung jawab, etis, dan berempati.
  • Kebebasan Berpikir dan Berpendapat: Pendidikan yang memerdekakan mendorong siswa untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan mengemukakan pendapat mereka. Ini menciptakan masyarakat yang lebih demokratis.
  • Pendekatan Aktif dan Berbasis Pengalaman: Lebih dari sekadar mentransfer pengetahuan, pendidikan yang memerdekakan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Mereka terlibat dalam eksplorasi, pengalaman langsung, dan pembelajaran kolaboratif.
  • Kreativitas dan Inovasi: Pendidikan yang memerdekakan mendukung kreativitas dan inovasi. Siswa diajak untuk berpikir "di luar kotak" dan mengembangkan solusi kreatif untuk masalah.
  • Kemampuan Menentukan Arah Hidup: Siswa diajak untuk mengidentifikasi minat, tujuan, dan visi mereka sendiri dalam hidup. Ini membantu mereka merencanakan karier dan kehidupan yang memenuhi ekspektasi pribadi mereka.
  • Mendukung Pengembangan Sosial: Pendidikan yang memerdekakan juga mengembangkan keterampilan sosial dan kewirausahaan, memungkinkan siswa untuk berkontribusi dalam masyarakat dan ekonomi.
  • Kemampuan Beradaptasi: Pendidikan yang memerdekakan membantu siswa mengembangkan kemampuan beradaptasi dengan perubahan dan tantangan yang terus menerus terjadi dalam dunia.

Pendidikan yang memerdekakan dapat diimplementasikan melalui berbagai metode dan pendekatan, termasuk pendidikan inklusif, pendidikan berbasis proyek, pendidikan berorientasi karakter, dan pendidikan berbasis nilai-nilai. Ini bertujuan untuk menciptakan individu yang mandiri, berempati, kreatif, dan berkontribusi dalam masyarakat yang lebih baik.

 B. PEMBELAJARAN YANG MEMERDEKAKAN

Pembelajaran yang memerdekakan adalah proses pendidikan yang dirancang untuk memberikan siswa kebebasan dan kemampuan untuk berpikir secara kritis, mandiri, dan kreatif. Tujuan utamanya adalah membantu siswa mengembangkan pemahaman yang mendalam, keterampilan, dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjadi individu yang berpikir bebas dan mampu mengambil keputusan yang baik dalam kehidupan mereka.

Berikut beberapa karakteristik pembelajaran yang memerdekakan:

  • Berpusat pada Siswa: Pembelajaran yang memerdekakan memfokuskan perhatian pada siswa sebagai subjek belajar. Guru berperan sebagai fasilitator atau pendamping yang membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami materi pelajaran.
  • Berorientasi pada Pemahaman Mendalam: Siswa tidak hanya diajarkan untuk menghafal fakta, tetapi mereka juga didorong untuk memahami konsep dan prinsip yang mendasari informasi tersebut. Mereka belajar untuk bertanya, menganalisis, dan mengkaji informasi dengan kritis.
  • Keterlibatan Aktif: Pembelajaran yang memerdekakan mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Ini bisa melibatkan diskusi, proyek, penelitian, eksperimen, atau kolaborasi dengan sesama siswa.
  • Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis: Siswa diajarkan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, seperti analisis, sintesis, evaluasi, dan pemecahan masalah. Mereka didorong untuk mengajukan pertanyaan, meragukan informasi, dan mencari bukti.
  • Kreativitas dan Inovasi: Pembelajaran yang memerdekakan mendorong siswa untuk mengembangkan kreativitas mereka. Mereka diberi kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan solusi inovatif, dan mengekspresikan diri melalui berbagai bentuk seni dan ekspresi.
  • Penghargaan Terhadap Keberagaman: Pembelajaran yang memerdekakan mengakui keberagaman siswa dalam hal bakat, minat, dan latar belakang. Ini berarti pendekatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan individual siswa.
  • Pembangunan Kemandirian: Siswa diajarkan untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Mereka belajar bagaimana merencanakan, mengatur, dan mengevaluasi diri mereka sendiri dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran yang memerdekakan bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk sukses dalam kehidupan sehari-hari, serta untuk mengembangkan warga yang aktif, kritis, dan berkontribusi dalam masyarakat. Ini adalah pendekatan pendidikan yang menempatkan siswa dalam peran sentral dalam pembelajaran mereka, dengan fokus pada pengembangan diri mereka sebagai individu yang berpikir bebas dan bertanggung jawab.

 

 


14 Februari 2023

KONEKSI ANTAR MATERI_MODUL 3.1_INDAH DWI WAHYUNI

 


Pratap Triloka sebagai filosofis KHD yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya  Mangun karso, Tut Wuri handayani sangat erat kaitannya dengan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Sebagai pemimpin harus memiliki 3 fungsi tersebut. Di depan memberi contoh, di tengah memberi dukungan, di belakang memberi dorongan. Sehingga dalam membuat sebuah keputusan, seorang pemimpin harus benar-benar memiliki pertimbangan yang kuat. Apa yang diputuskan pemimpin, akan menjadi tauladan ana buah.

Nilai-nilai kebajikan universal banyak yang secara langsung tertanam dalam kepribadian kita. Hal tersebut tentu saja dikarenakan sedari kecil hingga usia sekolah, nilai-nilai tersebut seringkali dibiasakan untuk dilakukan, sehingga akhirnya menjadi membudaya.

Dalam mengambil keputusan, nilai-nilai kebajikan universal akan berpengaruh kuat. Karena nilai ini akan menjadi arah panah sebuah keputisan yang bijak.

Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran  yang saya alami, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah saya ambil adalah ketika coachee memberikan solusi atas masalahnya sendiri, akan tetapi ternyata tidak cukup untuk menyelesaiakan masalah, maka saya menilai bahwa pemimpin harus ikut campur tangan dalam memberikan solusi.

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika.  Dalam KSE (kompetensi Sosial Emosional) guru dituntut untuk banyak belajar dalam mengendalikan emosi. Kestabilan dalam mengatur social emosiaonal, tentu saja akan berdampak pada pengambilan keputusan yang sehat dan solutif.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Ada bujukan moral yang dapat kita putuskan mana benar salahnya. Ada dilemma etika yang memang mengandung dua kebenaran dalam kasusnya, namun seorang pendidik harus berani membuat keputusan dengan memilih salah satu atau memberikan opsi ketiga.

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Mengapa demikian? Karena berbagai kepentingan dan pertimbangan terwadahi. Keputusan yang memprhatikan, kelompok, kebenaran, keadilan, kesetiaan, kasihan, serta prediksi jangka pendek maupun panjang akan menciptakan suasana yang aman tentram.

Tantangan-tantangan di lingkungan saya  dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika antara lain adalah terkadang ada kelompok mayoritas yang menjadi lebih superior dibanding kelompok lainnya, sehingga ketika sebuah keputusan di ambil,  dimungkinkan muncul friksi. Hal ini tentu saja terkait pula dengan adanya perubahan paradigma lingkungan yang lebih demokratis dalam berpendapat.

Pengaruh pengambilan keputusan yang diambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita adalah berhubungan dengan azas keadilan dan kebenaran. Kemampuan dan potensi murid yang berbeda terkadang perlu perlakuan khusus, tidak hanya dalam hal akademis melainkan dalam hal non akademis. Keheterogenan ini mengharuskan guru untuk mampu memutuskan jenis pembelajaran yang tepat untuk digunakan dengan murid yang beragam tersebut

 

Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Dalam sebuah keputusan yang memiliki dilema etika jangka pendek lawan jangka panjang seorang pemimpin yang bijak pasti akan memikirkan dan mempertimbnagkan secara matanghal yang kemungkinan akan terjadi di masa mendatang. Misalkan saja keputusan yang berpengaruh pada psikis siswa. Jika pemimpin tepat mengambil keputusan, maka psikis siswa akan terjaga. Sebaliknya jika tidak tepat, maka selama menjalankan hidup, derita psikis akan ditanggung siswa tersebut.

 

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembelajaran modul ini adalah bahwa dalam mengambil suatu keputusan, kita harus menguasai seluk beluk sekolah dan pendidikan secara kesluruhan. Koneksi materi mulai modul 1.1 hingga saat ini, merupakan materi yang perlu dipelajari secara runut dan runtut, sehingga esensi daalm pengambilan keputusan, memiliki dasar kuat yang telah dipraktekkan dalam aksi nyata di modul-modul sebelumnya.

Yang perlu diingat, dalam mengambil keputusan perlu dipelajari pola 4-3-9. Yaitu:

·         4 paradigma:

1.      1. Individu lawan masayarakat

2.      2. Rasa keadilan lawan rasa kasih saying

3.      3. Kebenaran lawan kesetiaan

4.      4. Jangka pendek lawan jangka panjang

·         3 prinsip

1.     1.  Berpikir berbasis hasil

2.     2. Berpikir berbasis peraturan

3.      3. Berpikir berbasis rasa peduli

·         9 langkah menguji keputusan

1.      1. Mengenali adanya nilai yang saling bertentangan

2.      2. Menetukan siapa saja yang terlibat

3.      3. Mengumpulkan fakta yang relevan

4.     4.  Pengujian benar/salah. Ada uji lgal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan.

5.      5. Pengujian paradigm benar lawan benar

6.      6. Melakukan prinsip resolusi

7.      7. Investigasi opsi trilema

8.      8. Buat keputusan

9.      9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

 

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Bedanya dengan apa yang saya pelajari di modul ini adalah jika dulu hanya menggunakan intuisi dan rasional tak berdasar, saat ini saya memiliki ilmu atau langkah untuk membuat keputusan yang lebih terarah.

 

Setelah mempelajari modul ini, saya memiliki pijakan dasar dalam mengambil sebuah keputusan. Jika dahulu saya takut akan resiko sebuah keputusan, saat ini, saya menjadi lebih berani untuk membuat keputusan, khususnya dalam kasus dilemma etika.

Sebagai individu dan seorang pemimpin, modul ini benar-benar memberikan wawasan mendasar bagi saya dalam mengambil keputusan. 4 paradigma, 3 prinsip, serta 9 langkah  pengujian adalah hal pokok yang tidak bisa di tawar dalam pengambilan keputusan.

PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN YANG MEMERDEKAKAN

A. KONSEP PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN Pendidikan yang memerdekakan adalah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk membebaskan individu d...