Dalam menciptakan budaya positif di sekolah, nilai-nilai guru penggerak yaitu berpihak pada murid serta refleksi akan sangat diperlukan. Lebih jauh lagi, peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran akan sangat berpengaruh dalam proses kegiatan di sekolah.
Salah
satu langkah yang bisa diterapkan dalam menciptakan disiplin positif di sekolah
adalah dengan dibuatnya kesepakatan kelas antara guru dan murid. Hal ini akan
menjadi tolak ukur pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran
selanjutnya.
Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, ada 3 motivasi perilaku manusia:
- Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
- Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
- Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Dengan
mengetahui 3 motivasi perilaku di atas, seorang guru penggerak diharapkan mampu
menganalisa motivasi mana yang dimiliki oleh murid. Diaharapkan, dengan
mengetahui motivasi yang sebenarnya, tindakan yang nyata akan lebih mudah
diciptakan.
Berbicara
tentang posisi kontrol, ada 5 posisi yang selama ini diterapkan, yaitu sebagai:
- ·
Penghukum
- ·
Pembuat merasa
bersalah
- ·
Teman
- ·
Pemantau
- ·
Manager
Sebagai seorang guru penggerak, diharapkan seorang guru akan
berposisi sebagai manager. Dalam posisi ini guru
berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid
mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi
atas permasalahannya sendiri.
Jika
seorang guru menginginkan murid menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan
bertanggung jawab, maka perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan
murid seorang manajer bagi dirinya sendiri. Dalam posisi manager, murid
diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain.
Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat
berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.
Dalam menerapkan restitusi dalam membimbing murid
berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka, ada 3 langkah yang harus
dilakukan oleh guru:
- ·
Menstabilkan identitas
- ·
Validasi tindakan yang
salah
- ·
Menanyakan keyakinan
Ketiga langkah tersebut dilengjapi dengan kalimat-kalimat
pemandu untuk dapat diterapkan dalam proses pembimbingan murid.
Setelah menyelesaikan modul ini, saya merasa telah memahami
konsep-konsepbudaya positif, teori control, teori motivasi, hukuman dan
penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan
segitiga resistusi.
Hal-hal menarik yang saya temukan adalah mengenai konsep hukuman
dan penghargaan. Dimana keduanya, jika diterapkan secara terus menerus,
ternyata tidak akan membawa dampak positif, melainkan akan mematikan motivasi intrinsik
murid dalam menerapkan budaya positif.
Perubahan cara berfikir saya dalam menciptakan budaya positif
setelah mempelajari modul ini adalah bahwa guru seharusnya bertindak sebagai
manajer dalam posisi control serta menerapkan segitiga resistusi untuk
mengatasi oermasalahan-permasalahan yang muncul dalam pembelajaran di sekolah.
Setelah menerapkan segitiga resistusi kepada siswa yang
benar-benar bermasalah dengan melakukan wawancara yang divideokan, saya merasakan
efek yang luar biasa. Murid menjadi berubah perilakunya di pertemuan-pertemuan
selanjutnya.
Ketika mengalami hal tersebut, tentu saja saya sangat bersyukur
bahwa ternyata ad acara yang cukup efektif untuk mengatasi anak-anak yang
bermasalah.
Hal yang sudah baik adalah
bahwa teori yang ada ternyata bisa sejalan dengan praktik yang saya
lakukan. Sedangkan yang perlu diperbaiki adalah pembiasaaan untuk melaksanakannya
dalam penyelesaian masalah selanjutnya sehingga akan menjadi budaya positif di
sekolah.
Posisi yang pernah saya terapkan adalah posisi kontrol sebagai
penghukum. Perasaan saya saat itu seperti biasa saja karena saya fikir itu cara
terbaik. Akan tetapi setelah mempelajari modul ini, ternyata posisi control paling
tepat adalah sebagai manajer. Saya merasakan posisi ini lebih memanusiakan
manusia.
Sebelumnya saya telah menerapkan segitiga resistusi untuk
menghadapi permasalahan murid. Akan tetapi yang pernah saya praktekkan adalah
poin no 1 (menstabilkan identits) dan poin 3 (Menanyakan keyakinan). Setelah
mempelajari modul ini, posisi yang saya gunakan, saya lengkapi dengan poin 2
(validasi tindakan). Perasaan saya merasa lebih lengkap dan terarah.
Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah
hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses
menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Menurut saya konsep-konsep yang disampaiakan dalam modul ini sudah
sangat lengkap. Hanya saja perlu pembiasaan terus-menerus sehingga tujuan akhir
bisa tercapai.